Senyum! Menyehatkan atau Tidak Ya?
mau tanya nih pada Shobat, pernahkan Shobat itu tersenyum?
Senyum sangat berguna lho Shobat dalam kehidupan kita sehari-hari, karena
senyum memainkan peranan penting pada keseluruhan aspek kehidupan. Ketika kita
sedang berbicara dengan seseorang, misalnya, seringkali kita atau pun lawan
bicara kita melemparkan senyum untuk menunjukkan kedekatan, kegembiraan atau
ketulusan. Maka wajar, jika senyum kemudian dikatakan sebagai media termudah
untuk mendekatkan antara kedua orang yang memiliki jarak berbeda. Senyum juga
sering disebut sebagai jarak terpendek antara dua orang yang berbeda. Beberapa
orang bahkan menyebut senyum sebagai seni yang tercermin dari kedamaian hati.
Setidaknya hal itu benar juka kita melempar senyum kepada orang lain, maka
orang itu juga akan merasa damai seperti kita.
sidik punya sidik Senyum itu menyehatkan atau tidak?
Ternyata
Dr. Marita R.
Inglehart, salah seorang pakar yang melakukan
penelitian tetang senyum mengungkapkan hasil risetnya nih Shobat. Menurutnya,
senyum ternyata mampu berdampak pada interaksi sosial, kepercayaan diri dan
dapat mempengaruhi bagaimana persepsi seseorang terhadap orang lain. Dengan
demikian, benar apa yang sering disebutkan bahwa senyum memiliki dampak positif
bagi siapa saja yang melakukannya. Bahkan, dalam konteks agama, senyum dikatakan
sebagai ibadah karena terlalu murahnya ia untuk dilakukan.
Ketika seseorang tersenyum maka senyum tersebut akan membuat suasana
menjadi lebih cerah, mengubah “mood” orang di sekitarnya dan membuat semua
orang menjadi senang. Orang yang suka tersenyum akan membawa kebahagiaan buat
orang lain di sekitarnya.
Menurut penelitian selanjutnya yang terkait dengan senyum ini juga dilakukan
oleh DR. Dewi Matindas. Menurut pakar psikologi yang satu ini, senyum merupakan
pertanda awal bahwa seseorang siap dan terbuka untuk menerima orang lain.
Sering kita melihat bukan, ada orang yang selalu tersenyum ketika bertemu
dengan orang lain. Itu artinya bahwa ia memiliki kemampuan intrapersonal dan
interpersonal yang baik.
Memang, terkadang ada beberapa orang yang sulit bila tersenyum. Masalah
sulit senyum ini sebenarnya bisa dilacak dari apakah seseorang tersebut
merasakan hidupnya bahagia atau tidak. Seringnya, orang yang bahagia, beban
jiwanya menjadi lebih ringan sehingga lebih mudah untuk mengekspresikan senyum
dari lubuk hatinya.
Secara psikologis, senyum memang memiliki banyak dampak positifnya dari
pada negatifnya. Di antara sekian dampak positif, antara lain yaitu bagi para
pelakunya, senyum mampu mengurangi tingkat stres, meningkatkan kekebalan,
memicu perasaan optimis, dan dapat meningkatkan hubungan baik dengan orang
lain. Bagaimana dinamikanya itu khan pertanyaan Shobat? Orang yang merasa
dirinya tidak tertekan, merasa dirinya yakin dengan apa yang dilakukannya, maka
keadaan “jiwa” orang itu juga demikian. Artinya, apa yang ditunjukkannya secara
fisik, maka itulah yang mencerminkan sisi psikologisnya.
Berbeda dengan senyum yang dipaksakan. Bagi sebagian orang yang merasa
sulit untuk berbagi senyuman, maka biasanya ia dalam kondisi yang tertekan
pula. Mungkin kita pernah mengalamai hal yang demikian ini. Sehingga, sahabat
yang ada di samping Shobat bilang “kok kamu senyumnya masam sih?” Ini yang kita
perlu hati-hati. Meskipun kita sedang menghadapi masalah, misalnya, seberat
apapun itu dalam hidup ini. Maka saranya Kamus adalah tetaplah tersenyum dan
yakinkan pada diri kita bahwa kita mampu mengurangi beban dalam pikiran atau
perasaan kita. Ingat ya Shobat, semua orang pasti punya masalah meskipun
berbeda cara untuk penyelesaiannya. Seberat apapun masalah dalam hidup ini,
apabila kita hadapi dengan senyuman, secara psikologis beban itu telah
terkurangi.
Shobat masih ingat bukan, senyum dalam konteks agama seperti yang disebut
di atas?
Yups! senyum itu bernilai ibadah. Mengapa bisa demikian?
Karena senyum dianggap memiliki kesamaan dengan sedekah. Orang telah
dianggap bersedekah hanya dengan tersenyum kepada orang lain. Tentu senyum yang
dimaksud adalah senyum tulus, murni dan ikhlas.
Perlu diketahui oleh Shobat, bahwa ada penelitian terbaru yang mengungkap
bahwa senyum palsu atau tidak terdapat dari dalam hati, dan dapat berpotensi
menyebabkan suasana hati tertekan. Akibatnya, secara emosional, orang yang
melakukan senyum dengan terpaksa akan merasa lelah. Jika hal ini terus
dibiarkan, dalam jangka panjang, menurut Brent Scott--asisten profesor manajemen, Michigan State University, AS, bisa
menyebabkan yang bersangkutan seolah-olah merasa kehilangan identitas pribadi.
Jadi, sudahkah Shobat melakukan senyum dengan tulus?
Comments
Post a Comment