Pertanyaan:
1. Bagaimana
budaya dapat membentuk/di bentuk oleh tingkah laku(kepribadian) tiap
individu...?
2. Apakah
kalau budaya sama, akan menyebabkan tingkah laku tiap individu menjadi “Homogin”...?
3. Dan
Apakah tergantung dari pengaruh biologis dan dari pengalaman mereka...?
Jawab:
1.
Beberapa kebudayaan yang dapat mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
Ø Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di
Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar
sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
Ø Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways
of life )
Contoh: Perbedaan anak yang
dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota
bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara
teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada
diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value )
Ø Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas social
Di masyarakat dapat dijumpai
lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah.
Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara
mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak
sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
Ø Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam
satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
Ø Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang
dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh
pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer
mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya.
Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
2.
Globalisasi cara berlangsung dan segala budaya dan
orang-orang yang terus berbaur-ada kemungkinan besar menciptakan sebuah masyarakat yang homogen
, dimana akan ada pertarungan tidak ada, setidaknya dengan agama dan ras atau
keyakinan. Memang jenis sistem sosial akan menawarkan kita tingkat yang lebih
besar perdamaian dan keamanan. Tapi akan ada masalah juga seperti kita tidak
perlu meniru budaya tertentu atau sistem kepercayaan dan yang dapat menyebabkan
masalah untuk mengurangi evolusi daya pikir kita dan kekuatan kita penyerapan
konsep revolusioner dari budaya asing. Jika itu menjadi kasus maka seseorang
mungkin akan memilih untuk kembali ke mitos masa lalu dan agama, persis seperti
sebagian besar populasi dunia kita melekat pada berbagai sistem keyakinan
agama. Meskipun semuanya kemungkinan belaka dan setiap kemungkinan memiliki
kesempatan untuk memenuhi rasa realitas, kita tidak bisa sepenuhnya memprediksi
apa sebenarnya dapat terjadi dalam sistem global homogenitas-meskipun istilah
ini adalah sangat luas untuk memvisualisasikan dengan. Mungkin waktunya belum
datang untuk memutuskan jenis tatanan dunia adalah yang terbaik bagi kita, tapi
satu hal yang benar dan itu adalah cara kita melihat masa lalu dan berpikir
bagaimana orang digunakan untuk melawan perang dan menyebabkan jutaan kematian
hanya blunder , dan kami juga melihat bagaimana masalah masa lalu dapat
diselesaikan dengan cinta dan kasih sayang dengan cara yang damai. Hal yang
sama orang-orang di masa depan akan menilai tentang orang-orang kami 21 st
abad. Saya ingin meminta semua pertanyaan satu: apakah ada pemimpin sejati di
dunia ini yang benar-benar bisa berbicara tentang perdamaian dunia sejati,
dapat menyelamatkan kita dari mendapatkan rasa malu jauh jauh kami
generations.i masa depan optimis dan sangat percaya bahwa semua mimpi semua
pemimpin besar dunia telah pernah dilihat akan menjadi kenyataan dan tidak ada
keraguan tentang hal itu karena pada kenyataannya kita adalah makhluk berbasis
mimpi. Apakah anda berpikir bahwa sekarang dunia ini membutuhkan seorang
pemimpin besar untuk berpikir tentang hal ini dan bertindak di atasnya dalam
arti sebenarnya.
3.
Ya, karena Warisan
biologis (misalnya bentuk tubuh, apakah endomorph/gemuk
bulat, ectomorph/ kurus tinggi, dan mesomorph/atletis. Dari beberapa penelitian
diketahui bahwa mesomorph lebih berpeluang melakukan tindakan-tindakan,
termasuk berperilaku menyimpang dan melakukan kejahatan), sedangkan kalau berdasarkan
pengalaman dapat dibagi 2, yakni:
§ Pengalaman yang umum, yaitu
yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam
kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi
dan peranan seseorang dalam masyarakat.
Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita
seseorang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu
dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat
pada norma-norma masyarakat, misalnya
jabatan atau pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat
sepenuhnya diramalkan atau dikenali
hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup.
§
Pengalaman
yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu
sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung
pada status dan peran orang yang
bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap
individu-individu itu pun merencanakan
pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya
ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur
kepribadian yang tetap (permanen) . Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke
dalam kepribadian yang makin lama makin
dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri. Proses pembentukan identitas diri harus
melalui berbagai tingkatan. Salah satu
tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk
menjadi identik (sama) dengan orang
lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap
identifikasi ini dapat menyebabkan
kebingungan dan kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja
cenderung mengidentifikasikan dirinya
dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya, tokoh
politik favoritnya dan sebagainya. Kalau kekaburan akan peranan sosial ini
tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-
gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali
diusahakan agar remaja dapat menentukan
sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur
melepaskan identifikasinya terhadap orang-orang lain untuk akhirnya
menjadi dirinya sendiri.
Comments
Post a Comment