Perlukah Ketegasan Seorang Pemimpin???


Satu karakter kepemimpinan yang diperlukan dalam mengelola keadaan yang tidak normal adalah ketegasan. Ketegasan dalam makna kemampuan untuk merencanakan, menjalankan program, dan mengawasi serta mengevaluasi agar semua program dan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tanpa ada kompromi.
Jika dengan kompromi, berakibat gagalnya tujuan. Ketegasan itu memang lebih mudah tampak dalam struktur organisasi yang bersifat komando (seperti di militer) dengan stakeholder yang relatif homogen atau didukung dengan perangkat-perangkat yang mampu memaksa berbagai pihak untuk sepakat suka atau tidak suka dengan apa yang ditetapkan sang pemimpin.

Dalam struktur yang demikian, pemimpin adalah indentik dengan orang kuat dan cenderung otoriter dan despot. Ketegasan yang lahir dalam kepemimpinan yang sedemikian ini adalah ketegasan yang represif,tidak ada dialog dan proses komunikasi yang egaliter antara pemimpin dan berbagai entitas lainnya. Kepemimpinan yang demikian tentu bukan kepemimpinan yang dikehendaki, kecuali kalau sosok manusia yang menjadi pemimpin itu mengambil istilah Plato adalah sosok philosofer, sosok manusia-malaikat yang mempunyai vested interest tunggal mencurahkan semua kekuatan jiwa, raga, dan karsanya sepenuhnya untuk kepentingan publik.
Padahal, sosok manusia yang demikian ini adalah sesuatu yang lebih menjadi utopia daripada realita.Yang mainstream terjadi adalah apa yang dikemukakan oleh Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung kepada perilaku korup, semakin mutlak kekuasaan, maka semakin mutlak kekorupan. Dengan kata lain, kita ingin mengatakan ketegasan pemimpin dalam mileu yang totaliter dan otoriter bukanlah sebuah hal yang istimewa. Ketegasan yang kita nilai istimewa dan bermakna adalah ketegasan yang lahir dalam lingkungan yang demokratis, bahkan cenderung euforia di mana semua entitas ingin berpartisipasi dalam mewarnai pengambilan keputusan secara tidak proporsional.
Ketegasan dalam hal yang sedemikian itulah menjadi ketegasan yang istimewa. Kita katakan istimewa karena; pertama, ketegasan dalam kondisi yang demikian lahir melalui proses internalisasi yang matang tentang sense of scale of prioritydari seorang pemimpim.Dalam lingkup kehidupan yang demokratis dan kental dengan euforia politik, ketegasan dalam pengambilan keputusan biasanya menjadi dilematis.Dilema terjadi antara lain ketika harus mengambil kebijakankebijakan yang bermanfaat bagi banyak orang tetapi berdampak merugikan segelintir orang.
Apalagi kalau kemudian segelintir orang ini mempunyai dukungan sosial-ekonomi-politik yang kuat. Demikian juga akan menjadi dilematis ketika diperlukan mengambil kebijakan yang mendatangkan manfaat mendasar bagi publik, tetapi berorientasi jangka panjang dihadapkan pada kepentingan-kepentingan jangka pendek yang memberikan mudarat besar dalam jangka panjangnya. Seorang pemimpin diuji ketegasannya dalam berbagai tarik-menarik kepentingan yang demikian ini. Ketegasan akan dapat lahir ketika sang pemimpin memiliki pemahaman dan disiplin yang prima tentang skala prioritas yang harus diambil.
Dalam kondisi yang demikian ini, ketegasan seorang pemimpin akan diakui ketika ia berani mengambil kebijakan yang menguntungkan publik secara umum sekalipun dengan konsekuensi merugikan posisi sosial-ekonomi politik pribadi dan kelompoknya atau segelintir vested interest lainnya, atau ia berani mengambil kebijakan yang memberikan manfaat dalam jangka panjang dibanding kebijakan yang populer dalam jangka pendek, tetapi merugikan dalam jangka panjang.
Kedua, ketegasan dalam lingkungan yang penuh dengan euforia menjadi istimewa karena biasanya banyaknya vested interest yang saling tarik-menarik dan saling bertolak belakang. Dalam kondisi yang demikian, ketegasan seorang pemimpin mengambil sikap tertentu yang boleh jadi tidak disukai oleh banyak vested interest hanya bisa terjadi ketika pemimpin tersebut telah memiliki sifat seorang negarawan. Seorang negarawan berani mengambil keputusan- keputuan mendasar yang akan membawa maslahat bagi bangsa dan negaranya walaupun kebijakan tersebut akan mendapat tantangan dari banyak vested interest yang dirugikan dari kebijakan yang diambilnya.
Dengan kata lain, kita ingin mengatakan dalam lingkungan yang demokratis, apalagi cenderung pada euforia politik seperti kondisi negara kita saat ini, ketegasan mencerminkan kenegarawanan. Ketiga, ketegasan dalam lingkungan yang demokratis menjadi istimewa karena kemampuan mengambil ketegasan dalam lingkungan yang sedemikian tersebut hanya bisa lahir ketika pemimpin memang sosok yang mempunyai prinsip, berkarakter, dan berintegritas.Pemimpin yang demikian ini biasanya memiliki prinsip-prinsip mendasar yang kokoh yang sulit dikompromikan, apalagi didagang-sapikan ketika berhadapan dengan tujuan berbangsa dan bernegara.
Karena dalam kondisi yang demikian, ketegasan itu indentik dengan kepahlawanan. Ambil contoh dalam pemberantasan korupsi; pemimpin yang berintegritas dan berkarakter akan bisa memberikan visi yang jelas tentang pemberantasan korupsi untuk kepentingan bangsa dan negara ketika ia mampu memulai pemberantasan itu dengan menggoreng paus dan hiunya korupsi di depan umum.Tetapi, seorang pemimpin akan gagal menunjukkan visi dan integritas tentang pemberantasan korupsi ketika ia hanya membabat pelaku-pelaku korup yang recehan, yang tidak memiliki perlawanan sosial ekonomi dan politik terhadapnya.
Dan terakhir, ketegasan dalam kondisi yang yang dipenuhi dengan euforia politik seperti kondisi kita saat ini menjadi sesuatu yang istimewa jika ketegasan tersebut diiringi dengan kepiawaian dan kedewasaan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai stakeholder yang berkepentingan dengan pengambilan keputusan. Artinya, keputusan yang diambil mempunyai logika publik yang bernas sehingga mayoritas stakeholder mengakui bahwa kepentingan di belakang lahirnya kebijakan atau keputusan itu semata-mata untuk kepentingan semua bukan hanya untuk kepentingan segelintir orang apalagi untuk kepentingan sang pemimpin an sich.

Comments