Satu karakter kepemimpinan yang diperlukan dalam mengelola keadaan yang tidak normal adalah ketegasan. Ketegasan dalam makna kemampuan untuk merencanakan, menjalankan program, dan mengawasi serta mengevaluasi agar semua program dan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tanpa ada kompromi.
Jika
dengan kompromi, berakibat gagalnya tujuan. Ketegasan itu memang lebih
mudah tampak dalam struktur organisasi yang bersifat komando (seperti di
militer) dengan stakeholder
yang relatif homogen atau didukung dengan perangkat-perangkat yang mampu
memaksa berbagai pihak untuk sepakat suka atau tidak suka dengan apa
yang ditetapkan sang pemimpin.
Dalam
struktur yang demikian, pemimpin adalah indentik dengan orang kuat dan
cenderung otoriter dan despot. Ketegasan yang lahir dalam kepemimpinan
yang sedemikian ini adalah ketegasan yang represif,tidak ada dialog
dan proses komunikasi yang egaliter antara pemimpin dan berbagai
entitas lainnya. Kepemimpinan yang demikian tentu bukan kepemimpinan
yang dikehendaki, kecuali kalau sosok manusia yang menjadi pemimpin itu
mengambil istilah Plato adalah sosok philosofer, sosok manusia-malaikat yang mempunyai vested interest tunggal mencurahkan semua kekuatan jiwa, raga, dan karsanya sepenuhnya untuk kepentingan publik.
Padahal,
sosok manusia yang demikian ini adalah sesuatu yang lebih menjadi
utopia daripada realita.Yang mainstream terjadi adalah apa yang
dikemukakan oleh Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung kepada perilaku
korup, semakin mutlak kekuasaan, maka semakin mutlak kekorupan. Dengan
kata lain, kita ingin mengatakan ketegasan pemimpin dalam mileu yang
totaliter dan otoriter bukanlah sebuah hal yang istimewa. Ketegasan yang
kita nilai istimewa dan bermakna adalah ketegasan yang lahir dalam
lingkungan yang demokratis, bahkan cenderung euforia di mana semua entitas ingin berpartisipasi dalam mewarnai pengambilan keputusan secara tidak proporsional.
Ketegasan
dalam hal yang sedemikian itulah menjadi ketegasan yang istimewa. Kita
katakan istimewa karena; pertama, ketegasan dalam kondisi yang demikian
lahir melalui proses internalisasi yang matang tentang sense of scale of
prioritydari seorang pemimpim.Dalam lingkup kehidupan yang demokratis
dan kental dengan euforia politik,
ketegasan dalam pengambilan keputusan biasanya menjadi dilematis.Dilema
terjadi antara lain ketika harus mengambil kebijakankebijakan yang
bermanfaat bagi banyak orang tetapi berdampak merugikan segelintir
orang.
Apalagi kalau kemudian segelintir orang ini mempunyai dukungan sosial-ekonomi-politik
yang kuat. Demikian juga akan menjadi dilematis ketika diperlukan
mengambil kebijakan yang mendatangkan manfaat mendasar bagi publik,
tetapi berorientasi jangka panjang dihadapkan pada
kepentingan-kepentingan jangka pendek yang memberikan mudarat besar
dalam jangka panjangnya. Seorang pemimpin diuji ketegasannya dalam
berbagai tarik-menarik kepentingan yang demikian ini. Ketegasan akan
dapat lahir ketika sang pemimpin memiliki pemahaman dan disiplin yang
prima tentang skala prioritas yang harus diambil.
Dalam
kondisi yang demikian ini, ketegasan seorang pemimpin akan diakui
ketika ia berani mengambil kebijakan yang menguntungkan publik secara
umum sekalipun dengan konsekuensi merugikan posisi sosial-ekonomi
politik pribadi dan kelompoknya atau segelintir vested interest lainnya,
atau ia berani mengambil kebijakan yang memberikan manfaat dalam jangka
panjang dibanding kebijakan yang populer dalam jangka pendek, tetapi
merugikan dalam jangka panjang.
Kedua,
ketegasan dalam lingkungan yang penuh dengan euforia menjadi istimewa
karena biasanya banyaknya vested interest yang saling tarik-menarik dan
saling bertolak belakang. Dalam kondisi yang demikian, ketegasan seorang
pemimpin mengambil sikap tertentu yang boleh jadi tidak disukai oleh
banyak vested interest hanya bisa terjadi ketika pemimpin tersebut telah
memiliki sifat seorang negarawan. Seorang negarawan berani mengambil
keputusan- keputuan mendasar yang akan membawa maslahat bagi bangsa dan
negaranya walaupun kebijakan tersebut akan mendapat tantangan dari
banyak vested interest yang dirugikan dari kebijakan yang diambilnya.
Dengan
kata lain, kita ingin mengatakan dalam lingkungan yang demokratis,
apalagi cenderung pada euforia politik seperti kondisi negara kita saat
ini, ketegasan mencerminkan kenegarawanan. Ketiga, ketegasan dalam
lingkungan yang demokratis menjadi istimewa karena kemampuan mengambil
ketegasan dalam lingkungan yang sedemikian tersebut hanya bisa lahir
ketika pemimpin memang sosok yang mempunyai prinsip, berkarakter, dan
berintegritas.Pemimpin yang demikian ini biasanya memiliki
prinsip-prinsip mendasar yang kokoh yang sulit dikompromikan, apalagi
didagang-sapikan ketika berhadapan dengan tujuan berbangsa dan
bernegara.
Karena
dalam kondisi yang demikian, ketegasan itu indentik dengan
kepahlawanan. Ambil contoh dalam pemberantasan korupsi; pemimpin yang
berintegritas dan berkarakter akan bisa memberikan visi yang jelas
tentang pemberantasan korupsi untuk kepentingan bangsa dan negara ketika
ia mampu memulai pemberantasan itu dengan menggoreng paus dan hiunya
korupsi di depan umum.Tetapi, seorang pemimpin akan gagal menunjukkan
visi dan integritas tentang pemberantasan korupsi ketika ia hanya
membabat pelaku-pelaku korup yang recehan, yang tidak memiliki
perlawanan sosial ekonomi dan politik terhadapnya.
Dan
terakhir, ketegasan dalam kondisi yang yang dipenuhi dengan euforia
politik seperti kondisi kita saat ini menjadi sesuatu yang istimewa jika
ketegasan tersebut diiringi dengan kepiawaian dan kedewasaan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai stakeholder yang
berkepentingan dengan pengambilan keputusan. Artinya, keputusan yang
diambil mempunyai logika publik yang bernas sehingga mayoritas
stakeholder mengakui bahwa kepentingan di belakang lahirnya kebijakan
atau keputusan itu semata-mata untuk kepentingan semua bukan hanya untuk
kepentingan segelintir orang apalagi untuk kepentingan sang pemimpin an
sich.
Comments
Post a Comment